Saturday 17 May 2008

Heart It

Menemukan sepotong kata-kata di halaman curhat gw. Yang pasti bukan tulisan gw. Entah tulisan siapa yang spontan gw copy paste dari internet. Tapi bener-bener setuju sama kata-kata ini. Inspiring.

Your work is going to fill a large part of your life, and the only way to be truly satisfied is to do what you believe is great work. And the only way to do great work is to love what you do. If you haven’t found it yet, keep looking. Don’t settle. As with all matters of the heart, you’ll know when you find it.

Your time is limited, so don’t waste it living someone else’s life. Don’t be trapped by dogma — which is living with the results of other people’s thinking. Don’t let the noise of others’ opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary.

Tadi pagi nonton Oprah dimana bintang tamunya Dr. Oz dan mereka membahas tentang Alzheimer (mudah2an ejaannya bener). Penyakit ini ternyata terjadi akibat melemahnya sel-sel otak. Kadang malah sampai mati. Penelitian membuktikan, ada zat-zat di makanan pedas yang bisa membuat sel-sel otak kita tetap muda dan sehat. Beberapa ada di makanan India (iya, Lioni, di India). Gw rasa banyak juga di makanan orang Indonesia yang terkenal spicy itu (iya dagiyang ditusuak). Tapi Dr. Oz tetap menekankan, bahwa cara terbaik adalah dengan terus melatih otak kita. Dan latihan yang paling cocok adalah dengan terus bekerja dengan sepenuh hati.

Ah betapa beruntungnya ya orang-orang yang mencintai pekerjaannya.

Thursday 8 May 2008

Java Jazz Festival 2008




Quite late, but I want to share you the pictures I have taken during the show.
It wa the first time I took snapshots of performance. And it doubled the fun :) Love the lighting and the expression of musicians. And thanks to Dora for lending me her newbie tele lens.

The show itself was great, although to be honest I enjoyed Peter Pan concert more than this. Haha, silly me. Yes, kampungan me.

Saratus Persen

Entah bagaimana caranya, malam itu saya, Niken dan Riswan terdampar di CCF Bandung. Tentu saja bukan untuk belajar bahasa Perancis. Malam itu kita nonton acara musik. Musik apa? Saya pun baru tau ketika kita bertiga telah berada di dalam auditorium, duduk di barisan paling depan.

Saya kurang mengerti tentang pengkotak-kotakkan musik, tapi perasaan sih musik yang mereka mainkan berjenis kontemporer. Kombinasi old and new, barat dan timur. Ada lagu ska, atau yang mereka sebut campuran punk dan reggae, dengan suara ringan gamelan. Suara gamelannya mirip gamelan Bali, tapi ini mungkin akibat saya yang hanya pernah mendegar gamelan Bali. Lalu ada penyanyi wanita dengan suara membahana menyumbangkan lagu yang membuat saya bermesin waktu ke jaman Candra Kirana, ditemani penari dari Lembang.
Lagu itu lho... “Engkau Dadang... Bagaikan sinar menerangi
jalanku... Kau tunjukkan arah mana yang kini harus ku tempuh. Hingga ku tak sesat lagi seperti dulu... Dirimu Kadir... ketika aku jatuh, bangun dan jatuh...”

Panggungnya cukup penuh. Bagian ketukan diwakili oleh drum, perkusi dan kendang. Ada yang memainkan bass dan ada 3 orang sebagai brass section. Berganti-ganti memainkan saxophone, terompet maupun toleot alias trompet Sunda yang namanya saya tidak tahu pasti. Irama diisi oleh gamelan dan kadang ada melodi gitar dan biola. Kadang ada penyanyi yang menyumbangkan satu dua lagu atau penari baik yang tradisional maupun internasional seperti penari dari Africa yang menandak-nandak bagaikan burung unta.
Dengan pemusik sekelurahan begitu, bisa ditebak musik yg mengalun begitu penuh dan rancak.


Mereka memainkan musik sambil tersenyum-senyum, kadang merem melek saking khusyunya. Kadang tertawa-tawa dan saling berkomunikasi lewat tatapan mata. Apapun yang mereka lakukan, baik itu memetik dawai gitar maupun mendentingkan simbal, sukacita terlihat jelas disana. Begitu meriah dan membuat saya merasa pekerjaan memukul-mukul gamelan adalah profesi paling nikmat sedunia.

Kemudian lagu Karatagan Pahlawan dimainkan. Sebelumnya salah satu pemain gamelan menyampaikan sepatah dua patah kata, bahwa walaupun mereka bukan pahlawan, tapi mereka minta doa restu para hadirin karena akan berlaga di festival internasional di Kuala Lumpur dan Tokyo. Lalu mereka memainkan lagu mars itu secara instrumental, tentu saja dengan komposisi yang unik dan kembali begitu festive.

Ah, lihatlah mereka, begitu dekat dengan budaya negeri, dan memainkannya sepenuh hati. Lalu mereka akan melanglang buana membela Merah Putih. Menghadirkan kebahagiaan lewat nada-nada ceria dan membuat bergoyang. Seperti membagi-bagikan pil bahagia.

Tiba-tiba saja saya ingin jadi tukang kendang.

check out their site: http://www.saratuspersen.com